Masalah Komunikasi Dalam Organisasi Serta Solusinya Di Bidang Teknik Sipil



  • Masalah Komunikasi Dalam Organisasi
    Kata komunikasi organisasi acap kali berkumandang di telinga kita tapi kita belum tahu sesungguhnya makna dan fungsi dari komunikasi organisasi. Secara  harfiah, komunikasi organisasi terdiri atas dua kata yaitu komunikasi dan organisasi. Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami (Robbins, 2002 : 310). 
   Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Dalam suatu organisasi sering kali permasalahan terjadi antar anggotanya. Dalam organisasi apapun dimana kita terlibat di dalamnya,  pasti bakal berhahapan dengan masalah atau konflik. Semakin besar organisasi, semakin rumit pula keadaannya. Semua aspek, akan mengalami kompleksitas, baik alur informasi,pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang, sumberdaya manusia dan sebagainya.
    Salah satu masalah yang sering timbul dalam suatu organisasi yaitu masalah etika. Masalah etika selalu timbul dalam situasi yang melibatkan orang lain, tetapi seringkali organisasi lebih banyak menyoroti masalah etika ini daripada pihak-pihak lainnya. Pelanggaran terhadap etika yang telah diterima secara umum merupakan masalah yang harus diwaspadai dalam organisasi. Masalah etika dalam organisasi dikelompokkan menjadi 2 bagian, seperti:
• Mengenai praktik organisasi di tempat kerja
• Mengenai keputusan perseorangan
   Ini akan terjadi apabila seseorang baik dari tingkat atasan atau bagian terpenting dalam suatu organisasi mengambil suatu keputusan yang sepihak tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu. Permasalahan yang akan timbul diantaranya ketidakpercayaan antar anggota didalam organisasi sehingga menimbulkan perpecahan dalam organisasi.   Selain masalah etika, ada lagi masalah yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Misalnya pada saat adanya rapat, sering terjadi para anggota rapat sibuk dengan urusannya sendiri, ada yang bermain handphone ataupun berbicara dengan salah satu anggota lainnya. Hal semacam ini menyebabkan terjadinya miss communication antar anggota rapat dengan pematerinya. Komunikasi yang tercipta dalam keadaan organisasi yang seperti ini tidaklah efektif.
Solusi dalam penanganan konflik maupun permasalahan dalam organisasi, bisa dengan:
Introspeksi Diri
Mengevaluasi pihak yang terlibat 
Identifikasi sumber masalah
Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat.
   Cara pemecahan masalah itu sendiri tergantung seberapa kreatifkah kita menyikapi masalah, dan bagaimana mengambil cara yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Tapi, pilihan pertama yang diambil seringkali bukanlah solusi terbaik. Secara tipikal, dalam pemecahan masalah, kebanyakan orang menerapkan solusi yang kurang dapat diterima atau kurang memuaskan, dibanding solusi yang optimal atau yang ideal (Whetten & Cameron, 2002). Pemecahan masalah yang tidak optimal ini, bukan tidak mungkin dapat memunculkan masalah baru yang lebih rumit dibandingkan dengan masalah awal.


  • Solusinya Di Bidang Teknik Sipil
Para manajer/pemimpin memandang konflik secara negatif, karena itu berusaha untuk menghapuskan semua jenis konflik. Konflik dianggap mengganggu organisasi dan menghalangi pencapaian tujuan organisasi yang optimal.
Richart Y Chang menyatakan beberapa langkah untuk menyelesaikan konflik, yaitu :
1.  Mengakui adanya konflik.
2.  Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya.
3.  Mendengar semua pendapat dari semua sudut pandang.
4.  Bersama-sama mengkaji cara untuk menyelesaikan.
5.  Dapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi.
6.  Jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.
Sementara Gibson (1990) mengemukakan beberapa teknik/metode dalam menyelesaikan konflik antar kelompok, ketika konflik itu telah mencapai tingkat yang mengganggu organisasi, yaitu :

Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah disebut juga metode konfrontasi, karena berusaha mengurangi konflik melalui pertemuan tatap muka dari kelompok-kelompok yang bertentangan. Kelompok yang saling bertentangan memperdebatkan masalahnya dengan mengumpulkan informasi yang relevan sampai tercapai suatu keputusan.
 
Tujuan Tingkat Tinggi (Superordinate Goals)
Tujuan tingkat tinggi meliputi pengembangan serangkaian tujuan dan sasaran umum. Kelompok-kelompok yang berkonflik diajak untuk bekerjasama mencapai tujuan dan sasaran yang lebih tinggi. Tujuan tingkat tinggi tidak dapat dicapai oleh satu kelompok sendirian sehingga  setiap kelompok yang terlibat konflik akan menggantikan semua tujuannya.

Perluasan Sumber (Expansion of Resources)
Keterbatasan sumber menjadi salah satu sebab konflik. Apa saja yang diperoleh kelompok satu merupakan pengorbanan dari kelompok yang lain. Sumber yang langka bisa berupa posisi khusus, uang, ruangan, dan sebagainya. Teknik ini diterapkan dengan memperluas sumber-sumber tersebut, sehingga setiap orang atau kelompok merasa terpenuhi.
 
Menghindari Konflik (Avoidance)
Cara ini tentunya menjadi alternatif termudah, namun tidak menghasilkan manfaat dalam jangka panjang. Akibatnya, konflik itu tidak dipecahkan secara efektif atau tidak dapat disingkirkan.

Melicinkan Konflik (Smoothing)
Cara ini menekankan pada kepentingan umum dari kelompok-kelompok yang bertentangan dan menghilangkan perbedaaan di antara mereka. Alasannya bahwa dengan menekankan kesamaan pandangan mengenai beberapa masalah tertentu, maka akan mudah mengarahkan kepada tujuan bersama.

Kompromi (Compromise)
Dalam metode ini tidak ada kelompok yang menang atau kalah secara menonjol, karena keputusan yang dicapai mungkin tidak ideal bagi setiap kelompok. Kompromi dapat digunakan sangat efektif apabila pencarian tujuan (misalnya uang) dapat dibagi-bagi. Jika hal ini tidak mungkin, maka satu kelompok harus berkorban.

Perintah dari Yang Berwenang (Authoritative Command)
Penggunaan wewenang formal merupakan metode tertua dan paling sering digunakan untuk memecahkan konflik antar kelompok. Bawahan biasanya mentaati keputusan atasannya, apakah mereka menyetujui atau tidak. Metode ini berhasil untuk jangka pendek, tetapi seperti halnya dengan metode menghindari konflik, melicinkan konflik, dan kompromi, metode ini tidak memusatkan perhatian kepada sebab konflik, namun hanya pada akibatnya.

Merubah Variabel Manusiawi (Altering the Human variabble)
Metode ini dengan merubah prilaku para anggota kelompok yang terlibat. Walupun hal ini cukup sulit, agak lambat dan sering kali mahal, namun akibatnya sangat berarti dalam jangka panjang, karena metode ini memusatkan perhatian pada sebab konflik.

Merubah Variabel Struktural (Altering the Structural variables)
Metode ini adalah dengan merubah struktur formal organisasi. Metode ini bisa berupa tindakan memindahkan, mengganti, merotasi/memutasi anggota kelompok, atau menciptakan posisi tertentu untuk bekerja.

Mengidentifikasi Musuh Bersama (Identifying a Common Enemy)
Kelompok-kelompok yang berkonflik dibawa untuk mengidentifikasi dan melawan musuh bersama, sehingga untuk sementara memecahkan perbedaan mereka, misalnya mengidentifikasi dan melawan pesaing yang lebih hebat.
Demikian beberapa metode yang bisa digunakan dalam menyelesaikan konflik. Namun perlu diperhatikan bahwa setiap metode mempunyai kekuatan dan kelemahannya sendiri dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Berpulang kepada kemampuan pemimpin untuk membaca situasi dan kondisi, memilih serta mengembangkan keterampilan menerapkan metode tersebut.






Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/272463810/Masalah-Dalam-Komunikasi-Organisasi-Artikel




Komentar

Postingan Populer